Selasa, 22 Maret 2011

Sektor Pertanian Sumbang 34 Persen PDRB Aceh

* Industri Pengolahan Perlu Diperkuat

Tue, Feb 8th 2011, 10:17

BANDA ACEH - Ekonomi Aceh tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mengalami pertumbuh sebesar 5,32 persen. Sementara bila melibatkan minyak dan gas (migas) pertumbuhan yang terjadi sebesar 2,64 persen. Sektor pertanian masih menjadi penopang utama PDRB Aceh dengan sumbangan sebesar 34 persen.

“Hampir seluruh sektor ekonomi yang membentuk PRDB mengalami peningkatan. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Aceh ini masih di bawah nasional yang tumbuh 6,1 persen dengan migas, dan 6,6 persen tanpa migas,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Syech Suhaimi, pada konferensi pers, di Banda Aceh, Senin (7/2).

Dikatakannya, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor listrik dan air bersih (16,97 persen), pengangkutan dan komunikasi (6,57 persen), perdagangan, hotel dan restauran (6,536 persen), keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (5,54 persen), sektor bangunan (5,11 persen), pertanian (5,02 persen), dan terakhir sektor jasa-jasa (3,62 persen).

Meski pertumbuhan sektor pertanian berada di bawah rata-rata pertumbuhan PDRB, tetapi sektor ini masih tetap menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Aceh, baik tanpa migas maupun dengan migas. “Dengan migas, kontribusi sektor pertanian mencapai 28,34 persen sedangkan tanpa migas mencapai 34 persen,” sebutnya.

Dia menilai, pencapaian pertumbuhan ekonomi Aceh itu ada hubungannya dengan perkembangan kondisi ketenagakerjaan dan kemiskinan di Aceh. Dimana untuk pengangguran mengalami penurunan dari 8,71 persen menjadi 8,37 persen dan kemiskinan turun dari 21,81 persen menjadi 20,98 persen. “Saya rasa ada benang merah antara penurunan tersebut dengan membaiknya perekomian Aceh 2010,” ujar Suhaimi.

Kepala BPS Aceh ini juga menginformasikan kalau PDRB per kapita penduduk Aceh juga naik dari Rp 13,3 juta menjadi Rp 14,4 juta. Sedangkan dengan migas naik dari Rp 16,4 juta menjadi Rp 17,2 juta. “Tapi itu masih jauh di bawah PDRB per kapita nasional yang mencapai Rp 27 juta,” imbuhnya.

Industri pengolahan
Pengamat ekonomi Aceh, Rustam Effendi menilai, pencapaian pertumbuhan ekonomi tersebut sudah sangat maksimal. Namun dia menilai, beberapa sektor dalam struktur PDRB Aceh perlu diperkuat, terutama sektor industri pengolahan.

“Data BPS kita lihat, sektor industri pengolahan tanpa migas tumbuh hingga 6,47 persen. Tetapi nilai tambahnya masih sangat sedikit, hanya 3,49 persen. Jadi ini harus diperkuat lagi,” ucapnya. Menurut Rustam, pertumbuhan sektor pertanian harus dibarengi dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan sehingga nilai tambahnya semakin besar. Komoditas yang dipasarkan juga tidak lagi didominasi barang mentah, melainkan telah menjadi barang jadi atau setengah jadi.

“Sektor inilah yang nantinya kita harapkan akan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan mampu mengurangi angka kemiskinan di Aceh,” ujarnya lagi.

Rendahnya nilai tambah industri pengolahan ini menurut Rustam, menyebabkan struktur dan pondasi perekonomian Aceh menjadi lemah. “Ekonomi kita seakan-akan tumbuh besar, tetapi strukturnya lemah. Ibarat bangunan, begitu digoyang-goyang langsung roboh,” pungkas Rustam.

Lampaui target
Sementara itu, Kepala Bappeda Aceh T Iskandar, mengatakan, pencapaian pertumbuhan ekonomi Aceh 2010 sebesar 5,32 persen tersebut telah melampaui target Pemerintah Aceh yang ditetapkan dalam RPJM sebesar 4 sampai 5 persen. “Pertumbuhan itu terjadi karena adanya pertumbuhan di sektor pertanian, terutama pertanian tanaman pangan dan perkebunan,” sebut Iskandar.

Tahun 2011 ini, pihaknya menargetkan pertumbuhan ekonomi Aceh bisa mencapai 5,5 sampai dengan 6 persen. Untuk mencapai hal tersebut, dukungan investasi dan perbankan sangat diharapkan, termasuk kerja keras dari para SKPA dan instansi vertikal dalam percepatan pelaksanaan proyek-proyek pemerintah.

Sektor pendukung utama tetap diharapkan pada sektor pertanian, perdagangan, konsumsi, serta sektor jasa. “Memang tantangannya berat karena diperkirakan akan adanya peningkatan inflasi dan naiknya Suku Bunga Bank Indonesia, tetapi saya optimis itu bisa tercapai,” demikian Iskandar.(yos)

Sumber : Serambines.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar