Senin, 11 April 2011

Januari, Ekspor Aceh Menukik 98 Persen

* Aceh Inflasi 0,28 Persen
Wed, Mar 2nd 2011, 09:16


BANDA ACEH - Nilai ekspor Aceh pada Januari 2011 menukik tajam. Penurunan terjadi hingga 98,26 persen dibandingkan Desember 2010. Hal yang sama juga terjadi bila dibandingkan dengan Januari 2010.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Syech Suhaimi, menyebutkan, nilai ekspor yang tercatat pada Januari 2011 sebesar Rp 1.781.404 US dolar, jauh lebih rendah dibandingkan Desember 2010 yang mencapai 102.641.433 US dolar, atau Januari 2010 yang mencapai 90.606.312 US dolar.

“Memang pada Januari 2011 nilai ekspor Aceh turun tajam sebesar 98,26 persen,” kata Suhaimi kepada wartawan usai menggelar rapat rutin berita resmi statistik BPS Aceh, Selasa (1/3).

Anjloknya nilai ekspor ini dia jelaskan, terjadi karena pada Januari 2011 tidak ada minyak dan gas (migas) yang diekspor. Ekspor yang dilakukan hanya pada komoditas non migas. Di antaranya kelompok bijih, kerak, dan abu logam dengan nilai sebesar 1.739.866 US dolar, kelompok komoditas garam, belerang, kapur, 20.323 US dolar, kelompok komoditas ikan dan udang 13.902 US dolar, dan kelompok komoditas kakao, pohon hidup, dan bunga potong masing-masing bernilai 13.902 dan 2.313 US dolar.

“Jika penurunan seperti ini terjadi di tingkat nasional, dipastikan perekonomian Indonesia akan collaps dan krisis lagi. Beruntung Aceh tidak begitu bergantung pada dunia ekspor, namun begitu diharapkan dunia ekspor Aceh bisa bangkit lagi,” tambahnya.

Sebaliknya imbuh dia, nilai impor Aceh mengalami kenaikan sebesar 153,47 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedang bila dibandingkan dengan bulan Januari tahun sebelumnya nilai impor juga mengalami peningkatan dari 1.359.550 US dolar menjadi 18.216.203 US dolar. “Hal ini menyebabkan neraca perdagangan defisit sebesar 117,22 persen,” kata Suhaimi.

Inflasi
Sementara terkait dengan perkembangan harga barang dan jasa, Syech Suhaimi menginformasi bahwa pada Februari 2011 Aceh mengalami inflasi 0,28 persen. “Kota Banda Aceh mengalami inflasi 0,47 persen dan Kota Lhokseumawe inflasi 0,07 persen, dengan demikian Aceh mengalami inflasi sebesar 0,28 persen,” ujarnya.

Inflasi yang terjadi di Kota Banda Aceh, lanjut Syech secara umum disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok bahan makanan, terutama beras. “Beberapa komoditas yang memberikan andil tinggi terhadap terjadinya inflasi antara lain adalah beras dengan andil 0,288 persen, tongkol, udang basah, jeruk, teri, asam, dan pakaian,” sebut Suhaimi.

Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain adalah cabai merah, cabai hijau, telepon seluler, emas perhiasan, tomat, dan bayam.(ami)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar