Selasa, 15 Februari 2011

Ekspor Via Krueng Geukueh Minim Sosialisasi

* Banyak Pengusaha yang tidak Tahu
Tue, Jan 18th 2011, 09:21

BANDA ACEH - Meski telah berjalan setahun, namun ternyata masih ada pengusaha Aceh yang belum mengetahui adanya aktivitas ekspor di Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara. Minimnya sosialisasi menyebabkan para pengusaha, terutama di wilayah tengah Aceh, masih terpaku untuk melakukan kegiatan ekspornya ke Pelabuhan Belawan Medan, Sumatera Utara.

“Saya belum tahu kalau di Pelabuhan Krueng Geukueh bisa ekspor,” kata Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Gayo Lues, Abdul Azis, kepada Serambi, Senin (17/1).

Selama ini yang dia ketahui adalah adanya rencana Pemerintah Aceh yang ingin menghidupkan kembali Pelabuhan Idi, Aceh Timur. Rencana tersebut dia nilai cukup tepat, apalagi dengan dibukanya jalan dari Gayo Lues menuju ke Kecamatan Pining, Aceh Timur.

“Kita mendengar itu pada 2005. Namun sayang sampai sekarang belum terealisasi. Namun jika aktivitas ekspor dibuka di Pelabuhan Krueng Gukueh, maka jalan darat untuk membawa komoditas harus melalui jalan Takengon-Bireuen-Aceh Utara,” sebut Aziz.

Meski demikian, mewakili dunia usaha di kabupaten tersebut, pihaknya sangat menyambut baik dibukanya keran ekspor di Krueng Geukueh, dan diharapkan bisa memberi keuntungan kepada petani di Gayo Lues yang selama ini memasarkan komoditas andalan mereka ke Medan, yaitu, kopi, karet, dan kakau.

Di tempat terpisah, Wakil Ketua Kadin Aceh Tengah, Quddus Arba, mengaku, meski telah jauh hari mengetahui adanya aktivitas ekspor tersebut, namun pihaknya masih pesimis akan berjalan, sebab masih banyak infrastruktur pelabuhan hingga jaminan komoditas yang masih lemah.

“Medan saja, untuk ekspor komoditas sepertin kopi, karet, kakoa, pinang, dan sawit, tidak bisa hanya mengandalkan daerah mereka. Mereka masih berharap dari Aceh,” pungkasnya.

Apalagi jarak dari daerah sumber penghasil komoditas dengan daerah pelabuhan Krueng Geukueh terbilang jauh. “Aceh bagian tengah, timur, dan barat-selatan, itu lebih dekat ke Medan ketimbang Aceh Utara,” ucap Quddus.

Karena itu dia menyarankan agar ekspor dimulai kecil-kecilan seperti menggunakan kapal bertonase kecil. “Pemerintah Aceh harus melihat banyak hal sebelum aktivitas ekspor itu dihidupkan. Selain jumlah komoditas, jarak angkutan ke pelabuhan, dan kontainer juga harus dipertimbangkan,” imbuhnya.

Minim sosialisasi
Ketua Kadin Aceh, Firmandez, juga membenarkan kalau kalangan dunia usaha, khususnya di wilayah tengah Aceh, masih banyak yang belum mengetahui adanya aktivitas ekspor di Pelabuhan Krueng Geukueh.

“Sosialisasi ke kawasan tengah tersebut memang minim. Semestinya, dinas terkait terkait bisa memperkuat koordinasi di wilayah-wilayah tersebut, karena mereka merupakan penghasil komoditas terbesar,” ucap Firmandez.

Memang diakuinya, tidak gampang untuk menghidupkan Pelabuhan Krueng Geukueh, apalagi banyak infrastruktur yang belum siap. “Itu semua butuh proses. Karena itu, selain terus dilakukan perbaikan infrastruktur, pengusaha juga perlu mengubah pola pikir. Ekspor di Krueng Geukueh harus sukses,” tandasnya.

Geliat ekspor di Pelabuhan Krueng Gukueh dimulai sejak Desember 2009 lalu. Namun dalam perjalanannya agak tersendat dan sempat terhenti. Selain karena pasokan komoditas terbatas, pengusaha juga mengalami kesulitan modal, serta tingginya biaya ekspor akibat adanya larangan pemerintah terhadap lima jenis barang impor.

Delapan daerah telah menyatakan komitmennya untuk mendukung jalannya ekspor tersebut, yaitu Kabupaten Bener Meriah, Bireuen, Gayo Lues, Aceh Tengah, Aceh Utara, Pemerintah Kota Lhokseumawe, Kabupaten Pidie, dan Pidie Jaya.(c47/yos)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar