Selasa, 30 November 2010

Gerakan Aceh Hijau

Jasman J Ma’ruf - Opini

Mon, Nov 29th 2010, 09:23
GERAKAN menanam pohon telah mendunia. Tingginya minat masyarakat dalam hal penanaman pohon dalam rangka konservasi hutan ini ditunjukkan oleh semakin populernya gerakan mananam pohon di berbagai negara, di berbagai kalangan, dan muncul pula berbagai komunitas yang melibatkan diri dalam membantu penyelamatan lingkungan.

Kepopuleran penanaman pohon secara global, ditandai oleh disepakatinya hari menanam pohon sedunia yang jatuh pada tanggal 21 November setiap tahunnya, dan setiap negara juga memiliki tanggal tertentu yang dijadikan hari menanam pohonnya.

Hari menanam pohon di Amerika Serikat telah dikenal dengan “Arbor Day” yang dirayakan setiap Jumat ke empat bulan April. “Arbor Day”, pertama sekali dilaksanakan Nebraska pada tahun 1872, dan barulah secara formal dilaksanakan sebagai hari menanam pohon peringkat nasional sejak 1920-an. Sementara itu, hari menanam pohon di Australia dan New Zerland ditetapkan 5 Juni, yang juga dikenal dengan hari lingkungan hidup sedunia. Sedangkan Afrika Selatan menetapkan hari penanaman pohon selama seminggu yang dikenal dengan “Arbor Week”, yang pelaksanaannya dilakukan dari tanggal 1 hingga 7 September.

Jika kita perhatikan penetapan hari menanam pohon di berbagai negara, maka dapat disimpulkan, hari menanam pohon ini dilaksanakan di sepanjang tahun. Misalnya, Israel dan Tanzania merayakannya pada bulan Januari. Sementara itu, Belgia, Cina, Iran, Lesotho, Portugal, Republik Macedonia dan Uganda merayakannya pada bulan Maret. Berikutnya, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Jerman, dan Kenya merayakan hari penanam pohon nasionalnya pada April. Selanjutnya, Jepang, Canada dan Venezuela merayakannya pada bulan Mei. Negara Australia, Kamboja, Costa Rica, New Zerland dan Philiphina merayakan pada bulan Juni. Pada bulan Juli, hari menanam pohon dirayakan Republik Afrika Tengah dan Mexico. Sementara itu, Nigeria merayakannya pada bulan Agustus. Hari menanam pohon di Brazil, Belanda dan Korea Selatan dirayakan bulan September. Sedangkan Polandia dan Sri langka merayakannya bulan Oktober. Sementara itu, Indonesia menetapkan hari menanam pohon nasional pada bulan November. Dan, pada bulan Desember, hari menanam pohon dirayakan di Inggris dan Malawi.

Konteks Indonesia
Di Indonesia, dalam upaya memasyarakatkan gerakan menanam dan memelihara pohon secara nasional sebagai sikap hidup dan budaya bangsa, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan 28 November sebagai Hari menanam Pohon Indonesia. Penetapan tersebut dituangkan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2008 tentang Hari Menanam Pohon Indonesia. Tanggal tersebut juga ditetapkan sebagai awal dimulainya penanaman pohon serentak di seluruh Indonesia. Kegiatan menanam pohon tersebut dilanjutkan dengan penetapan kegiatan menanam pohon selama bulan Desember, sebagai Bulan Menanam Pohon Nasional.

Upaya menumbuhkan budaya menanam di masyarakat Indonesia dilakukan Kementrian Kehutanan melalu berbagai program penanaman. Tercatat program yang telah dilaksanakan antara lain, Aksi Penanaman Serentak Indonesia (tahun 2007 dan 2008), Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon (tahun 2007), Pencanangan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional (tahun 2008, serta Satu Orang Satu Pohon (One Man On Tree- 2009). Keberhasilan seluruh program tersebut memacu pemerintah untuk meluncurkan program Penanaman 1 miliar pohon tahun 2010 dengan motto “Satu Miliar Pohon Indonesia untuk Dunia” atau “One Billion Indonesian Trees for the World”.

Aceh Green
Dalam konteks Aceh, begitu Gubernur Irwandi Yusuf terpilih pada tahun 2006, ia langsung memperkenalkan kebijakan menjaga kelestarian lingkungan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Bulan Maret 2007, Gubernur Irwandi Yusuf menyatakan moratorium penebangan semua jenis pohon di Aceh, dan Desember 2007 di “UN Framework Convention for Climate Change” di Bali, Gubernur Irwandi meluncurkan rencana pembangunan ekonomi dan investasi hijau untuk Aceh yang dikenal dengan Aceh Green (Aceh Hijau).

Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf juga telah terpilih secara aklamasi oleh para gubernur/kepala negara bagian dari berbagai negara yang tergabung dalam Governor’s Climate and Forest (GCF) sebagai ketua untuk memimpin para gubernur dari berbagai negara dalam isu hutan dan perubahan iklim pada tahun 2011. Mendukung posisi Gubernur Aceh dan visi Aceh Green yang selama ini beliau sampaikan, baik bersifat kebijakan maupun tindakan, maka Aceh harus memanfaatkan momentum Hari Menanam Pohon Nasional sebagai gerakan bersama saling bahu membahu untuk mewujudkan Aceh yang hijau dan indah. Dan pada tahap berikutnya, terwujudnya “Aceh yang hijau nan indah dan sejahtera”. Dengan dilaksanakan penanaman dan pemeliharaan pohon yang berkelanjutan dapat mengurangi pemanasan global.

Penanaman dan pemeliharaan pohon yang berkelanjutan juga diharapkan dapat mencapai pembangunan Aceh yang bersih. Ia juga diharapkan dapat mengurangi dampak pemanasan global, meningkatkan absorbs gas CO2, SO2, dan polutan lainnya, mencegah banjir, kekeringan, dan tanah longsor, meningkatkan upaya konservasi sumberdaya genetik tanaman hutan, dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menanam dan memelihara tanaman sebagai bagian dari sikap atau budaya bangsa yang melekat pada kehidupan sehari-hari.

Hijau itu Indah
Dengan melihat fenomena kecintaan setiap insan di seluruh pelosok dunia akan negeri yang hijau, telah membuktikan bahwa hijau itu memang indah seperti yang ditegaskan Allah swt dalam Alquran Surah Al An’am ayat 9, yang artinya, “lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tumbuhan yang hijau”. Sementara itu, dalam Surah An-Naml ayat 60 yang artinya, “...,lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya”.

Dari kedua firman Allah tersebut, dapat disimpulkan bahwa Allah swt menumbuhkan pohon-pohon yang menghijau, dan dari tanaman yang menghijau tersebut menghadirkan pemandangan yang indah. Ya, hijau itu indah, dan kecintaan terhadap keindahan adalah suatu hal yang manusiawi. Mari hijaukan negeri ini!

* Penulis adalah Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar